Kamis, 21 Agustus 2014
FBI: Video Pemenggalan Wartawan Amerika Asli James Foley
Santi Gustiani
at
Kamis, Agustus 21, 2014
FBI sudah mengemukakan pada ke-2 orangtua jurnalis James Foley video eksekusi putra mereka asli serta bukan hanya rekayasa. Selagi ke-2 orangtua James, John serta Diane, mengakui terperanjat bersama langkah grup militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) mengeksekusi putra mereka.
BBC edisi Rabu, 20 Agustus 2014 melansir pernyataan ke-2 orangtua James waktu mengadakan jumpa pers di depan tempat tinggal mereka. Keduanya mengerti konsekwensi pekerjaan James menjadi wartawan di garis depan zona perang.
Keduanya mengakui tidak mau melihat video putranya dieksekusi bersama langkah sadis itu. (Baca Video ISIS Penggal Kepala Wartawan AS James Foley)
Selagi Pertama Menteri Inggris, David Cameron terperanjat saat mendengar suara pembunuh James Foley. Ia meyakini, pelakunya warga Inggris.
Hal semacam itu dapat di ketahui dari aksen langkah pelaku bicara.
Selagi Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, saat memberi info pers tempo hari menyampaikan akan tidak menyerah menghadapi ISIS. Obama mengajak seluruh pihak di lokasi Timur Tengah untuk menghancurkan ISIS supaya tak menebar ke lokasi yang lain.
Teror Pertama
Di mata bekas Wakil Direktur Tubuh Intelijen AS, CIA, Michael Morell, pembunuhan Foley adalah tahap grup jihadis untuk mengintimidasi Washington supaya mengakhiri serangan udara ke grup ISIS.
Ia memberikan, ini jadi teror pertama ISIS pada Pemerintah AS.
James Foley dieksekusi dengan cara sadis bersama langkah dipenggal sama salah seseorang anggota ISIS. Sistem eksekusi laki-laki berumur 40 th. itu direkam pada suatu video lalu diupload ke dunia maya bersama judul " suatu pesan pada Amerika ".
Pada video itu, Foley tampak memakai baju berwarna orange di dalam gurun pasir. Ia lalu membacakan suatu pesan untuk keluarganya serta meminta supaya Pemerintah AS tak lg lakukan serangan udara untuk menghancurkan ISIS di Irak.
Terkecuali James, ISIS meneror bakal lakukan eksekusi sama pada jurnalis AS yang lain, Steven Sotloff, jika Obama tak mengakhiri serangan udaranya.